Di antara hiruk pikuk kesibukan masyarakat Ibu Kota yang tengah melakukan berbagai aktivitas pada minggu pagi di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, terlihat seorang kakek bersama anaknya sedang berdakwah. Kakek tersebut bernama Darussalam (67), dan anaknya bernama Nurrohman (7), anak ke-lima dari delapan bersaudara.
Setiap Minggu pagi mulai pukul 7 sampai 11 siang mereka berdiri di tengah kerumunan orang, berdakwah menyampaikan risalah kehidupan dan sesekali menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan umum dengan sebuah mikrofon dan speaker yang diangkut menggunakan gerobak kecil. Hal tersebut tidak semata-mata mereka lakukan untuk mencari simpati orang lain, ada tujuan utama Kakek Darussalam: untuk saling mengingatkan, berbagi kebaikan, dan menyebarkan ilmu. Ia pun sudah mulai berdakwah keliling sejak 1970.
Kakek Darussalam melakukan dakwahnya dengan melontarkan pesan-pesan positif sederhana tentang kebaikan-kebaikan, kemudian dilanjutkan oleh Nurrohman melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an beserta artinya yang berhubungan dengan pesan yang disampaikan ayahnya itu. Nurrohman dengan lantang membantu ayahnya menyampaikan berbagai pesan dan ilmu pengetahuan umum, tanpa sekalipun mengeluhkan udara yang kian panas ketika hari semakin siang.
Nurrohman tidak bersekolah. Namun ia dapat menghafal dengan baik.
"Untuk apa bersekolah kalau kita bisa didik sendiri. Banyak sekolah yang sekarang ini sistemnya sudah buruk dan tidak jujur. Percuma sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya tidak bisa memberikan kebaikan.", ujar Kakek Darussalam. Ia sedikit kecewa kepada sistem pendidikan yang kini mulai banyak melakukan kecurangan, sehingga ilmu yang disampaikan tidak bisa diterima siswa dengan baik.
Ia mengaku, mudah saja mengajarkan Nurrohman untuk dapat menghafal dengan baik. "Tidak perlu muluk-muluk, lakukan semuanya dengan ikhlas. Ibadah-lah dengan ikhlas, maka Allah akan membantu kita mewujudkan keinginan kita. Jangan meminta, namun berserah diri-lah kepada-Nya.", katanya.
Kakek Darussalam sendiri, dulunya adalah seorang Nasrani, namun setelah sering jauh berkelana selama 40 tahun dan banyak mencari ilmu, ia pun pindah agama, dan menjadi seorang muslim. "Dulu saya beragama Nasrani, nama saya juga dulu bukan Darussalam, tetapi Anton. Setelah saya membaca Al-Qur'an dan artinya, saya menjadi merasa bahwa inilah yang sesuai untuk saya jadikan pedoman. Sebetulnya, semua agama mengajarkan kebaikan, tetapi manusianya-lah yang terkadang jahat.", tuturnya.
Masyarakat sekitar memberi respon yang baik atas apa yang disampaikan Kakek Darussalam dan Nurrohman. Mereka pun sesekali memberikan uang untuk sekedar Nurrohman jajan, tak jarang juga ada yang memberikan makanan maupun minuman. "Adik pinter, ya. Belajar yang rajin. Kek, terima kasih, sangat menginspirasi, saya terharu." ucap salah seorang dari masyarakat yang menghampiri Kakek Darussalam dan Nurrohman. Selain itu, banyak pula masyarakat yang mengabadikan momen kedalam foto dan video ketika Kakek Darussalam dan Nurrohman berdakwah.
"Saya sebetulnya tidak berharap untuk diberi uang. Karna mengemis adalah hal yang paling buruk. Namun, alhamdulillah, atas niat saya untuk berbagi ini, uang yang kami dapatkan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.", ujar Kakek Darussalam.
Kakek Darussalam punya impian lain. Ia memiliki impian supaya dapat membantu negara melunasi hutang-hutang negara dan menyejahterakan rakyat-rakyat miskin.
Siapa sangka, dibalik penampilannya yang sederhana, ia memiliki impian yang amat mulia. Walaupun untuk dapat mewujudkan impian-impiannya dibutuhkan usaha yang keras dan waktu yang lama, ia yakin dapat mewujudkan mimpi-mimpinya. Baginya, kehidupan di dunia hanyalah sebuah hiasan saja. Ia hanya mengharapkan kesuksesan di akhirat. Untuk dapat meraih kesuksesan di akhirat, ia terus menjalani hidup dengan sederhana, berbagi kebaikan, dan berusaha memberikan yang terbaik.